Hentakan
kaki itu melangkah, seakan bebas mengarah kemana saja yang ia mau. Bebas menari-nari
diatas suara percikan air ditapakan tanah. Diantara suasana gemuruh hempasan
hujan yang kian membasahi seluruh muka bumi. Namun ia tahu, kemana ia harus
mengarah jejakan selanjutnya. Bertopangkan hanya dengan kedua ikat sepatunya,
sembari mengayunkan kedua jemari-jemari tangannya dibawah air hujan.
‘Klik’
Satu
potretan begitu tersorot mengarahkan cahaya lensa kamera yang tergenggam. Dengan
seorang gadis yang menari-nari ditengah hujan, dan disepanjang suasana senja
menjelang. Satu ulas senyuman begitu terlukis diantara deretan bibir lelaki
berkostum biru tua yang berdiri ditepi sana. Arahan tatapannya masih berkutat
pada gadis berkuncir satu ditengah bukit sana. Dengan cepat lelaki itu
mengarahkan jejakannya kesana.
“Hei,”
Sapa
suara pemuda dibelakang Senja, gadis berkuncir itu cepat-cepat mengarahkan
tolehannya pada pemuda disana.
“Rez,
kamu kok disini?” Ucap Senja, perlahan kening itu bertautan menatap heran
keberadaan pemuda itu.
“Masa
iya aku nggak tahu kebiasaan kamu, salah satu gadis yang aku kenal, dan sangat
menyukai jingganya senja dan gemericik hujan diatas bukit.” Jelas Reza.
Senja
mengulas senyumannya dihadapan Reza. Senyuman yang sangat membuat Reza mati
kutu menatap Senja disaat itu. Apalagi saat gadis itu tertawa lebar
dihadapannya, entah apa hati pemuda itu terasa nyaman berada disisi Senja.
“Senja,”
Panggil Reza lagi.
“Hmm,”
Balas Senja.
“Terkadang
cahaya jingga menyelimuti tapakan senja diatas jemahan rinai-rinai indah,
bebas- menggeluti langkahan senja, menggertakkan suasana dibawah hujan.”
Kalimat-kalimat itu yang sangat membuat hati Senja merasa tenang disisi Reza.
Kata-kata
yang terangkai indah, setiap kali pemuda itu menyelimuti potretannya dengan
rangkain kata disamping Senja.
“Satu
lagi,”
Sambar
Reza lagi, ia meraih ransel hitam pekat yang ia selipkan diantara pundaknya. Lentikan
jari-jarinya meraih sebuah buku yang tertulis ‘Frame Sketch Love’. Pemuda itu
menyodorkan tumpukan lembaran yang terbingkai indah didalam sebuah buku tebal
berwarna jingga kecokelatan. Hingga buku itu beralih ke jemari Senja.
“Apa
ini?”
Tanya
Senja, ia masih menautkan kedua alisnya. Genggamannya masih berkutat dengan
buku itu.
“Buka
saja, disana sudah aku rangkai segalanya.” Balas Reza, sembari ia menatap
suasana jingga disore itu.
Mengingat
sore itu hujan telah redah, gemericik rintik-rintik sajalah yang meneteskan
hamparan yang membedungi becekan air diatas tapakan dasar bukit.
Dengan
perlahan jemari Senja membuka tumpukan lembaran yang membentuk bundelan tebal
digenggamannya. Dan perlahan kembali, secercah manik-manik kristal dibalik dua
bola mata itu seakan meneduhkan rasa. Membuka satu-persatu isi
lembaran-lembaran itu, tak sengaja tetesan air mata itu membendung diantara
pucukan kelopak matanya.
Beberapa
hasil jepretan Reza tentang Senja, segalanya tentang gadis itu. Saat Senja
menatap indahnya jingga dibalik senja diatas bukit, hingga Senja menari-nari
bebas dibawah guyuran air hujan. Semua terangkai indah disana, kalimat-kalimat
indah dan bingkai foto-foto menceritakan tentang dirinya. Sedetik itu senyuman
itu terlukis menolehkan tatapan ke arah Reza. Pemuda disampingnya masih tak
terhenti menatap teriknya jingga diujung sana. Saat perlahan mentari mulai menenggelamkan
raut sinarnya.
‘Klik’
Tetap
saja Reza tak terhenti, menyorotkan cahaya lensa disuasana jingga disudut sana.
Tanpa ia menyadari ketika Senja tersenyum menoleh padanya.
“
I chose you, not because I love it. I picked you for a
meaning in my rainbows . because only you were coloring my days, when the rain
trickle down over the water.” Ucap Senja dengan kalimat yang ia rangkai.
Reza menoleh ke arahnya lagi, ia memberi
senyuman hangat saat mendengar ungkapan yang Senja lontarkan padanya.
“Aku benar-benar nggak nyangka, gimana caranya
kamu bisa motret aku?” Kata Senja, ia masih menggenggam buku itu.
“Saat kamu nggak sadar,” Singkat Reza.
Senja masih saja tersenyum, kali ini ia seakan
tertawa mendengar jawaban Reza. Tiba-tiba..
Gyurr!
Satu persatu rintikan itu berganti derasnya
hujan yang mulai membasahi tapakan bukit. Reza segera meletakkan kameranya
diselah ransel yang masih kebuka. Sedang Senja malah tertawa lebar seakan
senangnya menyambut guyuran air hujan mulai membasahi dirinya kembali. Setelah sedari
tadi ia menari-nari dibawah hujan disana, kali ini tak mau melewatkan
kebiasaannya ditengah sore itu lagi.
“Hujan!” Seru Senja.
Ia masih menggenggam buku
pemberian Reza, lelaki disampingnya itu hanya menoleh pada Senja. Menatap gadis
itu ketika mulai tertawa lebar menyambut guyuran hujannya datang kembali.
“Hujan, salah satu kata yang selalu meneduhkan diantara jemahan jiwa seorang. Meski terkadang kata itu seakan aneh bila terucap. Tapi aku tahu, rain behind there must be a thousand stories that exude the meaning of love . like the stories behind the rain today , under the hot water droplets dusk , rain , and you by my side,” Kata Reza.
Begitulah Senja, ia sama sekali tak menggubris tatapan atau pun ucapan seorang didekatnya. Ketika ia selalu menikmati satu kebiasaannya ini, menari-nari dibawah gemericik air hujan yang sedang menyelimuti dirinya. Entah apa pemuda itu yang selalu meneduhkan dirinya, disetiap kali Senja melewatkan kebiasaannya diatas bukit ketika sore hari. Dengan cepat Reza melangkah mengikuti jejakan senja disana. Begitu teriring ketika lentikan jemari-jemari itu menari-nari bebas dibawah naungan senja dan hujan.
Komentar
Posting Komentar