Langsung ke konten utama

Cerpen~ JINGGA DIBALIK HUJAN (Part Two Of Rinaian Jingga)

Hentakan kaki itu melangkah, seakan bebas mengarah kemana saja yang ia mau. Bebas menari-nari diatas suara percikan air ditapakan tanah. Diantara suasana gemuruh hempasan hujan yang kian membasahi seluruh muka bumi. Namun ia tahu, kemana ia harus mengarah jejakan selanjutnya. Bertopangkan hanya dengan kedua ikat sepatunya, sembari mengayunkan kedua jemari-jemari tangannya dibawah air hujan.

Klik

Satu potretan begitu tersorot mengarahkan cahaya lensa kamera yang tergenggam. Dengan seorang gadis yang menari-nari ditengah hujan, dan disepanjang suasana senja menjelang. Satu ulas senyuman begitu terlukis diantara deretan bibir lelaki berkostum biru tua yang berdiri ditepi sana. Arahan tatapannya masih berkutat pada gadis berkuncir satu ditengah bukit sana. Dengan cepat lelaki itu mengarahkan jejakannya kesana.

“Hei,”

Sapa suara pemuda dibelakang Senja, gadis berkuncir itu cepat-cepat mengarahkan tolehannya pada pemuda disana.

“Rez, kamu kok disini?” Ucap Senja, perlahan kening itu bertautan menatap heran keberadaan pemuda itu.

“Masa iya aku nggak tahu kebiasaan kamu, salah satu gadis yang aku kenal, dan sangat menyukai jingganya senja dan gemericik hujan diatas bukit.” Jelas Reza.

Senja mengulas senyumannya dihadapan Reza. Senyuman yang sangat membuat Reza mati kutu menatap Senja disaat itu. Apalagi saat gadis itu tertawa lebar dihadapannya, entah apa hati pemuda itu terasa nyaman berada disisi Senja.

“Senja,” Panggil Reza lagi.

“Hmm,” Balas Senja.

“Terkadang cahaya jingga menyelimuti tapakan senja diatas jemahan rinai-rinai indah, bebas- menggeluti langkahan senja, menggertakkan suasana dibawah hujan.” Kalimat-kalimat itu yang sangat membuat hati Senja merasa tenang disisi Reza.

Kata-kata yang terangkai indah, setiap kali pemuda itu menyelimuti potretannya dengan rangkain kata disamping Senja.

“Satu lagi,”

Sambar Reza lagi, ia meraih ransel hitam pekat yang ia selipkan diantara pundaknya. Lentikan jari-jarinya meraih sebuah buku yang tertulis ‘Frame Sketch Love’. Pemuda itu menyodorkan tumpukan lembaran yang terbingkai indah didalam sebuah buku tebal berwarna jingga kecokelatan. Hingga buku itu beralih ke jemari Senja.

“Apa ini?”

Tanya Senja, ia masih menautkan kedua alisnya. Genggamannya masih berkutat dengan buku itu.

“Buka saja, disana sudah aku rangkai segalanya.” Balas Reza, sembari ia menatap suasana jingga disore itu.

Mengingat sore itu hujan telah redah, gemericik rintik-rintik sajalah yang meneteskan hamparan yang membedungi becekan air diatas tapakan dasar bukit.

Dengan perlahan jemari Senja membuka tumpukan lembaran yang membentuk bundelan tebal digenggamannya. Dan perlahan kembali, secercah manik-manik kristal dibalik dua bola mata itu seakan meneduhkan rasa. Membuka satu-persatu isi lembaran-lembaran itu, tak sengaja tetesan air mata itu membendung diantara pucukan kelopak matanya.

Beberapa hasil jepretan Reza tentang Senja, segalanya tentang gadis itu. Saat Senja menatap indahnya jingga dibalik senja diatas bukit, hingga Senja menari-nari bebas dibawah guyuran air hujan. Semua terangkai indah disana, kalimat-kalimat indah dan bingkai foto-foto menceritakan tentang dirinya. Sedetik itu senyuman itu terlukis menolehkan tatapan ke arah Reza. Pemuda disampingnya masih tak terhenti menatap teriknya jingga diujung sana. Saat perlahan mentari mulai menenggelamkan raut sinarnya.

Klik

Tetap saja Reza tak terhenti, menyorotkan cahaya lensa disuasana jingga disudut sana. Tanpa ia menyadari ketika Senja tersenyum menoleh padanya.

I chose you, not because I love it. I picked you for a meaning in my rainbows . because only you were coloring my days, when the rain trickle down over the water.” Ucap Senja dengan kalimat yang ia rangkai.

Reza menoleh ke arahnya lagi, ia memberi senyuman hangat saat mendengar ungkapan yang Senja lontarkan padanya.

“Aku benar-benar nggak nyangka, gimana caranya kamu bisa motret aku?” Kata Senja, ia masih menggenggam buku itu.

“Saat kamu nggak sadar,” Singkat Reza.

Senja masih saja tersenyum, kali ini ia seakan tertawa mendengar jawaban Reza. Tiba-tiba..

Gyurr!

Satu persatu rintikan itu berganti derasnya hujan yang mulai membasahi tapakan bukit. Reza segera meletakkan kameranya diselah ransel yang masih kebuka. Sedang Senja malah tertawa lebar seakan senangnya menyambut guyuran air hujan mulai membasahi dirinya kembali. Setelah sedari tadi ia menari-nari dibawah hujan disana, kali ini tak mau melewatkan kebiasaannya ditengah sore itu lagi.

“Hujan!” Seru Senja. 

Ia masih menggenggam buku pemberian Reza, lelaki disampingnya itu hanya menoleh pada Senja. Menatap gadis itu ketika mulai tertawa lebar menyambut guyuran hujannya datang kembali.

“Hujan, salah satu kata yang selalu meneduhkan diantara jemahan jiwa seorang. Meski terkadang kata itu seakan aneh bila terucap. Tapi aku tahu, rain behind there must be a thousand stories that exude the meaning of love . like the stories behind the rain today , under the hot water droplets dusk , rain , and you by my side,” Kata Reza.
 
Begitulah Senja, ia sama sekali tak menggubris tatapan atau pun ucapan seorang didekatnya. Ketika ia selalu menikmati satu kebiasaannya ini, menari-nari dibawah gemericik air hujan yang sedang menyelimuti dirinya. Entah apa pemuda itu yang selalu meneduhkan dirinya, disetiap kali Senja melewatkan kebiasaannya diatas bukit ketika sore hari. Dengan cepat Reza melangkah mengikuti jejakan senja disana. Begitu teriring ketika lentikan jemari-jemari itu menari-nari bebas dibawah naungan senja dan hujan.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Ten Best Collection Books I Love

Assalamualaikum sahabat pembaca :) Setelah sekian lama aku mengabaikan blog pribadiku ini, dan akhirnya aku bisa mengisi tulisanku disini, hehe :D Maafkan, kelamaan nggak punya ide apa-apa ngisi tulisan disini, setelah aku sering banget main-main di wattpad.. :D Ok, kali ini aku akan membahas sesuai judul yang kutulis. Yaitu 10 buku koleksiku yang paling aku suka. Sebenarnya koleksi buku aku banyak banget. Kamar aja udah hampir dibuat kayak taman bacaan gitu, hehe. Tapi dari banyak koleksi buku aku yang paling sering aku baca dan yang aku suka, aku memilih 10 buku aja. Well, membaca sebuah buku bagi kita itu sangat nggak asing. Dan banyak masyarakat yang menyukai membaca buku. Teruntuk aku sendiri, bagi aku buku itu ialah jendela semua ilmu pengetahuan. Ya meskipun dari banyaknya koleksi buku aku, memang kebanyakan novel atau buku antologi. Dan ada juga beberapa buku-buku non fiksi yang bisa digunakan untuk belajar. Tapi disemua kategori buku itu bukan berarti kita nggak bisa dap...

Secarik Kertas Dan Sebatang Pena

Jika kalian mendengar dua kata benda di judul atas, sepertinya biasa saja. Bagiku dua benda tersebut sangat luar biasa. Mengapa kubilang begitu? Tanpa kertas,  aku tak akan mengenal tulisan pena. Tanpa pena, aku tak akan mengenal secarik kertas yang biasa kutulis hampir setiap waktu senggangku. Bagiku--kedua benda di atas telah menjadi sahabat tulisanku selama hampir dua tahunan yang lalu. Mereka yang sampai saat ini selalu kukenang dalam dunia literasiku. Secarik kertas dan sebatang pena yang kukenal lama semenjak aku masih berada di bangku sekolah menengah atas. Waktu itu aku sedang menjabat sebagai anggota jurnalistik redaksi sekolahku. Tepatnya di sebuah Madrasah di kota santri Situbondo. Aku sedang bersekolah di MAN 2 Situbondo, dari sana aku mulai mengenal apa itu dunia literasi. Pertama kali lewat secarik kertas dan sebatang pena yang sering menemani waktu senggangku menulis di pojok kelas. Waktu istirahat tiba aku selalu saja mengeluarkan sebuah buku yang berisi lemb...

Cerpen- DI AKHIR SENJA BIRU

Senandung biru bertebaran menggelayuti awan putih nan salju. Semilir angin begitu menghembuskan udara segar dibalik kicauan burung dipagi hari. Pancaran cahaya terlihat jelas saat bergelantung menembus arah jendela kaca, disebuah kamar seorang gadis remaja. Derap langkah perlahan gadis itu mendekat ke sudut kaca, sembari ia meraih sebuah kamera dilentikan jemari yang telah tergenggam. Nampak jelas beberapa potretan dibalik kamera, terpajang rapi ketika gadis itu tersenyum menatap foto-foto dirinya. ‘ Krakk.. ’ Suara pintu terbuka ketika seorang gadis setengah baya tiba memasuki kamar. “Kak Nadya, ada yang cari kakak..” Ucap gadis manis berkaca mata dihadapan Nadya, dia Seilla adik dari Nadya. “Siapa ?” Tanya Nadya seolah pasang kening kerut. Sesaat ia terhenti dengan kameranya. “Kak Romy,” Kata seilla dalam menyingkat perkataan itu, ia melangkah .. Sembari Nadya begitu terdiam sesaat mendengar nama itu kembali, ‘ Kenapa harus saat ini? Kenapa harus sekarang d...